Rabu, 29 Oktober 2014

Etika Siapa yang Punya?

"Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Maidah : 3)



Islam merupakan agama yang sempurna. Agama yang dibawa oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW.  Bahkan nabi sendiri diberikan risalah untuk mengajarkan akhlak kepada seluruh umat manusia yang hidup pada jamannya, masa kini, atau masa depan. Sampai beliau di juluki sebagai alqur'an berjalan. Kenapa? karena akhlak beliau sepanjang hidupnya selalu sesuai dengan alqur'an. Tidak ada yang tercela. Beliau bukan berasal dari suku atau ras tertentu. Namun hampir seluruh lapisan kalangan masyarakat sangat mengagumi akhlak beliau. Bahkan orang non muslim pun mengakuinya sebagai manusia terbaik sepanjang jaman.

Seyogyanya kita sebagai umat muslim mencontoh beliau sebagai uswatun hasanah kita (suri tauladan yang baik). sifat, perangai, akhlak beliau sangat mengagumkan. Untuk orang yang bukan muslim saja beliau begitu baiknya apalagi dengan yang muslim dengan aqidah yang satu. Contoh pribadi rasululloh SAW yang bisa kita renungkan; 
Alkisah, di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.

Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”

Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”

“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”

Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”

Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.

Baik tidaknya seseorang dapat mencerminkan keimanan dan ketaatan orang tersebut kepada Allah SWT. Namun, faktor lingkungan dan budaya suatu daerah itu memiliki karakter masing-masing. Jadi tidak bisa dijadikan ukuran etika orang yang berkarakter keras dan berbicara langsung apa adanya membuktikan bahwa orang itu tidak beretika. Itu karena pembentukan karakter dari lingkungan, jadi tidak bisa dijadikan kriteria. 
Jadilah manusia dengan pribadi seperti rasulullah, bukankan kita umat rasulullah? 
Keep Smile.... :)








Etika Siapa yang Punya? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar